Global.com, Sidrap — Bencana banjir yang menimpa Sidrap, Jumat, 3 Mei 2024, meninggalkan jejak dramatis di balik gelombang air yang melanda. Di tengah kekacauan air yang deras, ada satu kisah penuh keberanian dan pengorbanan, di antara ribuan cerita pilu yang tersebar di kota itu.
Pasangan suami-istri, Gusman dan Rosma, bak ‘pahlawan’ dalam peristiwa itu. Terjebak di atas rumah panggung mereka, kduanya menghadapi kengerian banjir yang semakin ganas. Air yang tak kenal ampun terus naik, mengancam untuk merenggut nyawa mereka.
Namun, di tengah keputusasaan, muncul sinar harapan. Sebuah aksi heroik dari seorang prajurit berbaju loreng. Dia adalah Letda Inf Murjalil, komandan Rayon Militer (Koramil) 05/Kodim 1420/Sidrap, menjadi penentu keselamatan pasangan itu. Dengan ketabahan dan keberanian yang tak tergoyahkan, Letda Inf Murjalil dan tim penyelamat lainnya bergerak cepat untuk menyelamatkan Gusman dan Rosma dari belenggu maut banjir.
Dalam sebuah video pendek yang direkam oleh warga, tergambar jelas bagaimana Letda Inf Murjalil memimpin dengan gagah berani. Dia pertama-tama meluncur ke dalam arus deras, diikuti oleh rekan-rekannya, menggunakan segala cara yang mereka miliki untuk menjangkau pasangan tersebut. Dengan tali dan tiang sebagai senjata mereka, mereka membangun jembatan dari keberanian dan harapan di atas gelombang air yang mengamuk.
Dalam upayanya, Letda Inf Murjalil terlihat bersemangat membantu proses penyelamatan, sampai-sampai pundaknya direlakan diinjak oleh Rosma. Tak berselang lama kemudian, Rosma berhasil diselamatkan, sesaat mengikuti suaminya menginjak daratan.
Namun, keberanian Letda Inf Murjalil dan timnya tak bisa menghapus kesedihan yang melanda Sidrap. Kecamatan Dua Pitue menjadi saksi bisu dari penderitaan yang melanda. Enam desa dan kelurahan terdampak, dengan ribuan jiwa mengungsi, memaksakan diri mereka meninggalkan rumah dan kenangan di belakang.
Desa-desa seperti Kampale dan Salobukkang terendam, rumah-rumah hanyut tersapu arus ganas. Kelurahan Tanrutedong dan Salomallori menjadi saksi bisu dari kepedihan yang melilit. Desa Padangloang, dengan hanya enam keluarga terdampak, tak luput dari cengkeraman kekejaman air.
Data yang dirilis oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menggambarkan betapa besar dampak tragedi ini. Lebih dari 900 keluarga terdampak, puluhan jiwa mengungsi, dan kerugian materiil yang tak terhitung jumlahnya.
Kepala BPBD Kabupaten Sidrap, H. Sudarmin, menegaskan betapa seriusnya situasi ini. Dalam wajahnya yang tegang, ia mengungkapkan kesedihan yang mendalam atas penderitaan yang menimpa kota mereka. Namun, di balik kesedihan, terpancar juga semangat untuk bangkit dan memulihkan apa yang telah hancur.
Bencana banjir telah membawa derita, namun juga memperlihatkan sisi terbaik dari manusia. Di balik gelombang air yang ganas, terdapat cahaya harapan dan keberanian yang tak terkalahkan. Dan di tengah reruntuhan, Sidrap bersiap untuk bangkit kembali, dengan harapan yang tak pernah pudar di dalam hati mereka. (*)
Tinggalkan Balasan