Sidrap, Global.com — Angin malam mulai berhembus perlahan. Masyarakat berbondong-bondong menuju salah satu lokasi, di Kelurahan Tanru Tedong, Kecamatan Duapitue, Senin, 1 November 2024. Wajah-wajah mereka penuh harap. Menunggu.
Tak berselang lama, calon bupati dan wakil bupati Sidrap, Muh. Yusuf Dollah dan Muh. Datariansyah (DOATA), hadir di tengah mereka. Nomor urut 1 di Pilkada Sidrap ini membawa satu hal yang sederhana namun penuh makna: janji untuk hidup yang lebih baik.
Lampu-lampu penerang menerangi wajah-wajah yang terfokus pada panggung sederhana. Yusuf dan Datariansyah naik dengan langkah mantap.
Mereka bukan datang untuk pidato panjang. Mereka datang untuk berbicara. Saling berbagi cerita. Mereka datang untuk dekat, hadir dalam rasa.
Yusuf memulai. Suaranya tenang, tapi mantap. Ia menjelaskan satu per satu program mereka, membumi, nyata, dan mudah dicerna.
“Kami tahu apa yang kalian hadapi,” katanya. “Pajak Bumi dan Bangunan? Untuk yang punya nilai objek pajak di bawah 50 ribu rupiah, akan ditanggung. Tak perlu lagi pusing tiap tahun bayar pajak. Pemerintah yang akan menanggung.”
Suasana hening. Masyarakat menyimak, beberapa mengangguk. Itu bukan sekadar janji. Bagi mereka, itu sebuah harapan.
Datariansyah mengambil alih. “Dan listrik. Untuk warga yang berdaya 450 sampai 900 KWH, kalian tak perlu lagi risau soal tagihan listrik. Gratis.”
Ada yang bersorak kecil. Mereka tahu betul bagaimana tagihan listrik bisa jadi beban. Di saat pengeluaran bulanan sudah ketat, kabar ini jadi seperti angin segar.
Yusuf melanjutkan, suaranya merendah tapi menyentuh. “Rumah kalian yang belum layak, yang beratap bocor, yang berdinding lapuk, akan kami perbaiki. Setiap tahun, 1.000 rumah akan kami bedah. Kalian berhak tinggal di tempat yang layak.”
Malam kian dalam, namun mata warga makin berbinar. Mereka tahu, program ini lebih dari sekadar slogan. Ini janji untuk memberi mereka tempat yang lebih baik.
Yusuf dan Datariansyah, di tengah lapangan itu, seperti dua pilar yang teguh. Keduanya silih berganti memaparkan program. Ada pengobatan gratis, lengkap dengan antar-jemput bagi mereka yang membutuhkan.
Seragam sekolah gratis bagi anak-anak dari keluarga yang kurang mampu. Hingga alokasi anggaran 5 miliar per tahun untuk memperbaiki jalan dan jembatan di setiap kecamatan.
“Kami ingin semua anak punya seragam yang layak. Semua jalan yang kalian lewati sehari-hari, mulus, aman,” Datariansyah menambahkan.
“Imam, pegawai syara, guru mengaji, kami tidak lupa pada kalian. Kami akan pastikan kesejahteraan kalian juga diperhatikan.”
Layar malam menjadi saksi. Harapan-harapan yang tersimpan lama seolah disulut lagi, menyala dalam hati warga Tanru Tedong. Sebuah janji kehidupan yang lebih baik, bukan hanya bagi mereka, tapi juga untuk anak-anak mereka.
Saat mereka pamit, Yusuf dan Datariansyah turun dari panggung dengan lambat. Mereka bukan pergi. Mereka meninggalkan sejumput harapan. Membawa doa-doa dari Tanru Tedong, di bawah langit Sidrap yang kembali bersinar terang malam itu. (*)
Tinggalkan Balasan