Solo, Global.com — Diamond Convention Hall, Solo, Jawa Tengah, menjadi pusat peristiwa penting dalam sejarah pangan Indonesia.

Pada Selasa malam (14/1/2025), Musyawarah Nasional (Munas) Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras Indonesia (Perpadi) 2025, resmi dibuka.

Momentum ini menjadi titik balik dalam perjuangan menuju swasembada pangan.

Hadir sebagai perwakilan Sulawesi Selatan, H. Faizal bersama 68 pengurus lainnya, memberikan apresiasi tinggi terhadap Munas ini.

“Keputusan-keputusan penting telah dihasilkan, termasuk penandatanganan Nota Kesepahaman (MoU) antara Perpadi dan Bulog. Ini akan memperkuat sinergi menuju swasembada pangan,” ujar Faizal dengan optimisme, melalui sambungan teleponnya.

Dalam keputusan monumental, harga pembelian gabah di tingkat petani naik signifikan, dari Rp6.000 menjadi Rp6.500.

Harga beras juga mengalami kenaikan dari Rp11.000 ke Rp12.000 per kilogram. Lebih istimewa lagi, pemerintah memastikan tidak ada lagi impor beras.

“Ini sejarah baru. Bulog, yang selama ini hanya membeli beras, kini juga menyerap gabah dan jagung petani. Ini adalah langkah strategis untuk meningkatkan kesejahteraan petani,” tambah Faizal, pengusaha asal Sidrap, Sulsel ini.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Bappenas, Rachmat Pambudy, turut memberikan pandangannya.

“Perpadi adalah ujung tombak perberasan Indonesia. Dengan kolaborasi dan inovasi, kita jadikan beras Indonesia simbol pangan berkualitas dan kebanggaan nasional,” ujarnya dalam pidato.

Rachmat juga memaparkan langkah konkret pemerintah, mulai dari pengembangan sentra produksi pangan, penguatan cadangan pangan, hingga peningkatan produksi untuk mendukung program makan bergizi gratis.

“Setelah dua dekade, Presiden Prabowo Subianto melanjutkan kembali upaya swasembada pangan. Ini adalah momen kebangkitan,” tegasnya.

Keputusan di Munas Perpadi 2025 mencerminkan semangat baru dalam tata kelola pangan nasional.

Perpaduan antara kebijakan pemerintah dan komitmen para pelaku usaha diharapkan menjadi katalisator menuju ketahanan pangan yang berkelanjutan.

Sebagai organisasi yang terus bergerak tanpa sokongan pembiayaan pemerintah, Perpadi membuktikan diri sebagai motor penggerak swasembada.(*)

Dapatkan berita terbaru di Global Katasulsel.com