Global.com, Jakarta — Partai Golkar, dengan logo pohon beringinnya, menjadi pusat perhatian dalam pemilihan umum 2024 setelah mencatat dominasi suara di mayoritas provinsi. Namun, meski berada di urutan kedua dengan suara terbanyak, pertanyaan besar masih menggantung: mampukah Golkar menguasai parlemen?
Dalam pesta demokrasi yang melibatkan 24 partai politik, termasuk 6 partai lokal, lebih dari 204 juta pemilih tersebar di seluruh Indonesia. Data real count dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) hingga 28 Februari 2024 menunjukkan bahwa suara yang terkumpul mencapai 65,27% dari total Tempat Pemungutan Suara (TPS).
Dari 18 partai nasional, 9 telah mencapai ambang batas parlemen sebesar 4%. PDIP masih memimpin, diikuti oleh Golkar dan Gerindra. Namun, real count menunjukkan Golkar mendominasi suara di 15 provinsi, diikuti oleh PDIP dengan 10 provinsi, Gerindra 5 provinsi, NasDem 4 provinsi, dan PAN, PKB, PKS masing-masing 1 provinsi.
Golkar berhasil meraih suara terbanyak di berbagai provinsi seperti Aceh, Banten, Bengkulu, Jambi, Jawa Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, Papua, dan Riau.
Dalam konteks perolehan kursi DPR pusat yang mencapai 580 kursi, Golkar memiliki kans besar untuk meningkatkan jumlah kursinya. Jika mampu memperoleh 111 kursi, Golkar akan mendapatkan 19% total kursi DPR pusat, jauh lebih banyak daripada pada pemilu sebelumnya.
Namun, data Polltracking menunjukkan bahwa PDIP masih berada di atas Golkar, dengan perkiraan perolehan kursi sebesar 125 atau 21,6%. Hal ini menimbulkan tantangan bagi Golkar dalam pembagian kursi, terutama dengan kemungkinan penggunaan metode sainte lague dalam pembagian kursi.
Dominasi Golkar dalam suara pemilu memberikan indikasi bahwa partai tersebut dapat menjadi partai kunci di parlemen. Namun, PDIP sebagai partai dengan suara terbesar menjadi rival yang harus diatasi dalam tahap distribusi kursi nantinya.(*)
Tinggalkan Balasan